• Artikel Kesehatan
  • 23 Oct 2025
  • 157

Faktor-Faktor Utama yang Mempengaruhi Stunting

Stunting, suatu kondisi gagal tumbuh yang mengakibatkan tubuh pendek berdasarkan usia, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Di Indonesia, prevalensi stunting telah menjadi perhatian utama karena dampak jangka panjangnya terhadap kesehatan, kemampuan akademik, dan produktivitas. Pemerintah Indonesia meluncurkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting yang berfokus pada intervensi selama “1.000 hari pertama kehidupan,” mencakup masa kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan anak. Upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa layanan penting untuk pencegahan stunting dapat diakses oleh semua orang, terutama mereka yang termasuk pada kelompok rentan.


Selama dekade terakhir, Indonesia telah mencapai kemajuan signifikan dalam mengurangi prevalensi stunting. Antara tahun 2013 dan 2018, tingkat stunting pada anak-anak di bawah lima tahun mengalami penurunan sebesar 6,4%, yakni dari 38,4% menjadi 33,9%. Penurunan ini mencerminkan efektivitas berbagai intervensi kesehatan masyarakat dan menekankan pentingnya melanjutkan upaya untuk mengatasi stunting.


Faktor-Faktor Utama yang Mempengaruhi Stunting


Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di tahun 2024, telah menganalisis data nasional yakni Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018 dengan mengidentifikasi jalur dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi stunting di Indonesia. Studi tersebut menggunakan model Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) untuk memeriksa jalur-jalur tersebut dan mengungkapkan berbagai informasi penting tentang determinan yang mendominasi terjadinya stunting di Indonesia.


Temuan Tahun 2013


Pada tahun 2013, ukuran lahir—khususnya berat dan panjang lahir rendah—merupakan prediktor langsung yang signifikan terhadap stunting, dengan nilai T yang tinggi yakni sebesar 9.78.


Penyakit juga memiliki dampak langsung terhadap stunting, dengan nilai T sebesar 2.48, yang menunjukkan peran kondisi kesehatan dalam memperburuk kegagalan pertumbuhan.


Faktor-faktor ini secara tidak langsung mempengaruhi stunting melalui faktor-faktor ibu, seperti kesehatan dan status gizi ibu, yang pada gilirannya mempengaruhi prevalensi penyakit dan praktik pemberian ASI eksklusif. Pada tahun 2013, faktor sosio-ekonomi memiliki efek tidak langsung (T=1,497) melalui faktor ibu (T=13,86), faktor penyakit (T=5,235), dan pemberian ASI eksklusif (T=3,531).


Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah memiliki resiko dua hingga tiga kali lipat untuk mengalami stunting.


karakteristik ukuran lahir sangat didominasi oleh panjang bayi lahir rendah dan berat badan lahir yang rendah, dengan nilai T yang sangat besar yakni 23.538 dan 16.678. Faktor penyakit didominasi oleh adanya diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dengan nilai T 15.300 dan 5.518. Berdasarkan nilai T, menunjukkan bahwa kondisi panjang dan berat bayi lahir rendah merupakan faktor determinan stunting yang memiliki pengaruh langsung terkuat bila dibandingkan dengan factor-faktor lainnya.


Temuan Tahun 2018


Pada tahun 2018, studi ini menemukan bahwa ukuran bayi lahir tetap menjadi faktor penentu yang konsisten dan krusial terhadap kejadian stunting, dengan nilai T yang sedikit lebih rendah dari tahun 2013 namun tetap signifikan yakni sebesar 8.75.


Faktor penyakit pada tahun 2018 (T=1.570) tidak lagi menjadi faktor yang mendasari terjadinya stunting di Indonesia seperti yang ditunjukkan pada Riskesdas 2013.


Tidak seperti pada tahun 2013, data tahun 2018 tidak menunjukkan efek tidak langsung yang signifikan dari faktor sosio-ekonomi terhadap stunting melalui faktor ibu dan penyakit. Perbedaan ini menunjukkan adanya pergeseran dalam dinamika jalur bagaimana berbagai faktor determinan mempengaruhi stunting dari waktu ke waktu dengan adanya intervensi yang telah dijalankan selama 5 tahun dari tahun 2013 hingga 2018. Pergeseran ini juga mencerminkan hasil dari perubahan kebijakan kesehatan masyarakat atau adanya perkembangan sosio-ekonomi yang lebih luas di Indonesia.


Implikasi dan Rekomendasi


Dari hasil analisis jalur yang ditemukan di tahun 2013 dan 2018, telah ditemukan adanya jalur yang konsisten pada kejadian stunting di Indonesia yakni ukuran lahir (berat dan panjang bayi lahir). Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa ukuran lahir adalah faktor yang paling kritis pada kejadian stunting di Indonesia dan intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan (masa kehamilan dan tahap awal kehidupan) akan lebih menjanjikan hasil yang baik dalam percepatan penurunan stunting di Indonesia. Berbagai strategi dan intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan dengan memastikan kecukupan gizi ibu hamil yang memadai, perawatan prenatal yang efektif, serta strategi lain yang fokus pada pencegahan terjadinya ukuran (berat dan panjang) lahir rendah merupakan intervensi yang sangat penting untuk dilakukan dalam penurunan stunting di Indonesia.


Secara keseluruhan, studi ini menekankan pentingnya untuk terus memprioritaskan output kehamilan yakni ukuran bayi lahir sebagai indikator utama dalam upaya percepatan penurunan stunting. Dengan mengatasi akar penyebab ukuran bayi lahir yang rendah Indonesia dapat membuat kemajuan lebih lanjut dalam menurunkan stunting dan meningkatkan derajat kesehatan jangka panjang generasi penerus Indonesia.


Penulis: Dr. Hj. Rr. Soenarnatalina Melaniani, Ir., M.Kes.


Link: https://scholar.unair.ac.id/en/publications/examining-the-different-pathways-to-stunting-among-children-under